Rabu, 18 September 2013

Tentang Kedatangan Sevenfold Ke Indonesia 2008

AVENGED SEVENFOLD Live! @ Tennis Indoor Senayan, Jakarta. Rabu, 22 Oktober 2008.



Untuk kedua kalinya, AVENGED SEVENFOLD (atau biasa dikenal singkatan “A7X”-red) kembali menghibur para fansnya di Jakarta pada 22 Oktober kemarin. Konser A7X yang diselenggarakan JAVA Musikindo ini merupakan event ke-10 kalinya di tahun 2008 dan (masih) digelar di tempat langganan, yakni di Tennis Indoor Senayan. Entah untuk yang keberapa kalinya JAVA kembali meraih sukses atas event-eventnya. Bagaimana tidak, tiket konser kedua A7X yang dicetak 4000 lembar sudah ludes saat enam hari sebelum acara berlangsung. Yahh, kalian bisa ekspetasikan sendiri deh gimana seruaknya konser saat itu. Tak heran mulai sore hari para pengunjung terus bergilir hadir menuju TKP (Tempat Kejadian Peristiwa) dengan memakai seragam kaos band kesayangannya.

Tepat jam 8 malam pertunjukan dimulai oleh band rock tanah air JIBRIEL. Sayangnya, band kepunyaan Fahri Albar (putra dari Achmad Albar dari GODBLESS -red) ini kurang disambut hangat oleh para penonton. Nggak jelas sabab-musababnya, mungkin band JIBRIEL belum memiliki aura kharismatik. Apalagi intonasi sang biduannya masih terdengar fals dan kurang nyaman di telinga. Maka, tak sedikit crowds di dalam gedung bersorak protes agar band ini lekas turun, hiks! Selesai menghadirkan 6 tembang karya sendiri, akhirnya JIBRIEL kembali ke tempat asalnya. Well, bila kami menilai objektif, musikalitas JIBRIEL tidaklah buruk. (walau memang nuansa “komersil”nya cukup kental). Hanya saja band yang baru merilis album …Memecah Kesunyian (2008) ini kurang representatif sebagai opening band rock/heavy-metal asal Huntington Beach, California, Amerika –meski keduanya sama-sama nge-rock. Toh, dengan sendirinya pilihan alam memberi jawaban.
Selang 15 menit kepergian JIBRIEL, band yang didamba-dambakan akhirnya muncul! Dengan formasi M. Shadows (vokal), Synyster Gates (lead gitar), Zacky Vengeance (ritem gitar), Johnny Christ (bass), & The Rev (dram) langsung menggebrak panggung lewat “Critical Acclaim”. Sorak kegirangan audiens pun meledak-ledak. Namun kelima personil A7X tetap tampil santai & lihai dengan gaya yang ordinary sekali. Cukup mengenakan kaos oblong dan celana jeans panjang. Tak seperti biasanya band-band rock yang coba menghadirkan gimmick. Setidaknya semua pasukan A7X yang mempunyai heavy tattoos sudah cukup mengindikasikan kalau mereka juga rockers hahaha… Dekor panggung juga terlihat standar dengan banner sosok tengkorak bersayap kelelawar (artwork-nya seperti kover DVD All Excess -red) menutupi lebarnya background panggung. Hadir serba sederhana bukan berarti biasa aja. Walau personil A7X tergolong musisi rock generasi baru, namun performance dan talenta mereka ngga usah diragukan lagi kehebatannya. Kualitas sound panggungnya mirip dengan versi audio…dahsyat. Dan tak kalah hebat, virtuoso 2 gitarisnya berhasil memukau khalayak. Bahkan selesai “Unholy Confessions” di urutan lagu ke-6, gitaris handal Synyster mendapat tugas bersolo karir – sedangkan 4 personil lainnya balik ke belakang panggung. Setelah 5 menit-an Synyster memamerkan jurus-jurus mautnya, konser kembali dilanjutkan lewat “Bat Country”.

Hanya yang reporter perhatikan, reaksi penonton di sini masih payah. Massa yang didominasi usia belasan itu tahun lebih getol mendokumentasikan footage konser A7X dengan handphone-nya daripada berdansa moshing mengiringi alunan lagu-lagu A7X. Hey dudes, this is the rock show…! Padahal vokalis Matt yang bersuara serak-serak basah itu sempat mengisyaratkan crowds untuk melakukan circle pit. Tadinya saya juga niat “berolahraga” pada lagu-lagu: “Beast and the Harlot”, “Unholy Confessions”, “Bat Country”, tapi batal deh. Memang sih nggak semua lagu A7X dibawa main gila. Lagu seperti “Seize the Day” lebih kuat romansa ballad-nya, mengingatkan saya pada band hair-rock lawas Guns ‘N Roses. Sentuhan country terdapat pada intro “Gunslinger”. Sedangkan heavy metal parts-nya banyak terpengaruh dari Megadeth (old) atau Metallica (old), ditambah solo-solo lengkingan ala Iron Maiden. Terlebih lagi “A Little Piece of Heaven” yang disenandungkan sebagai penutup pentas. Salah satu single dari album terakhirnya ini memang beratmosfir lain daripada yang lain (sekaligus lagu A7X terpanjang yang berdurasi 8 menit-an). Lebih cocok sebagai soundtrack broadway/cartoon show, lengkap diiringi choir orkestra serta brass sectionnya. Simak juga klip lagu ini yang dibikin versi animasi horor. Mengagumkan!…
Sayangnya, aksi panggung M. Shadows cs malam itu terasa singkat, cuma mainin 10 lagu. Atau (tepatnya lagi) bisa dikatakan, A7X hanya melantunkan kumpulan hits dari 2 album terakhirnya; Avenged Sevenfold (2007) dan City of Evil (2005). [Berikut saya urutkan daftar lagunya: “Critical Acclaim”, “Afterlife”, “Beast and the Harlot”, “Scream”, “Seize the Day”, “Unholy Confessions”, “Bat Country”, “Gunslinger”, “Almost Easy”, “A Little Piece of Heaven”.] Secara, konser A7X di Indonesia tahun ini bukanlah yang pertama kali. Harusnya, mereka bisa memberikan porsi lebih. Apalagi, pada 16 September kemarin band asuhan Warner Bros Records ini merilis CD terbaru Diamonds in the Rough yang dikemas berbarengan DVD Live in the LBC. Setidaknya, kasih lah beberapa single anyar mereka untuk dipromosikan. Dan promotor JAVA yang sudah dua kali menangani konser A7X di Jakarta juga concern pada hal-hal seperti ini. Agar pembeli tiket merasa worth it dengan apa yang didapat


                                           
                                           Seize the Day Live In Jakarta 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar